Masalah Kualitas Pendidikan di Indonesia
Seiring perkembangan zaman yang sangat cepat dan
modern membuat dunia pendidikan semakin penuh dengan dinamika. Di Indonesia
sendiri dinamika itu tampak dari tidak henti-hentinya sejumlah masalah yang
melingkupi dunia pendidikan. Menurut Suryati Sidharto (Dirto Hadisusanto,
Suryati Sidharto, dan Dwi Siswoyo, 1995), problem yang dihadapi bangsa
Indonesia mencakup lima pokok masalah, yaitu: Pemerataan Pendidikan, Daya
Tampung Pendidikan, Relevansi Pendidikan, Kualitas/Mutu Pendidikan, dan
Efisiensi & Efektifitas Pendidikan (Memahami Pendidikan & Ilmu
Pendidikan, Arif Rohman, Hal: 245)
Dalam kesempatan ini Penulis hanya akan membahas
tentang masalah mutu pendidikan di Indonesia. Masalah mutu pendidikan ini
tampaknya dari sejak kita merdeka hingga kini memasuki era millennium belum
juga dapat terselesaikan dengan baik. Masalah mutu pendidikan di Indonesia
memang sangat komplek dan rumit, ini tidak semudah membalikkan kedua telapak
tangan kita.
Mutu pendidikan merupakan cerminan dari mutu sebuah
bangsa. Manakala mutu pendidikannya bagus, maka bagus pula kualitas peradaban
bangsa tersebut. Untuk itu seyogyanya masalah mutu pendidikan harus menjadi
perhatian serius Pemerintah sebagai pembuat kebijakan. Tentu dalam
pengimplementasian-nya upaya peningkatan mutu pendidikan menjadi tanggungjawab
kita bersama, dan bukan hanya Pemerintah.
Namun,
kualitas/mutu pendidikan di Indonesia
saat ini semakin lama
semakin memprihatinkan. Hal ini terbukti bahwa indeks pengembangan manusia di
Indonesia makin menurun. Setelah kita amati,
nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu
pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun
informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang
menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan
keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. Banyak
sekali faktor-faktor yg dapat menyebabkan rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas,
efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah
pendidikan di Indonesia pada umumnya.
Adapun masalah-masalah
khusus yg menjadi penyebab permasalahan pendidikan di indonesia saat ini,
antara lain: rendahnya sarana fisik, rendahnya kualitas guru, rendahnya
kesejahteraan guru, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesempatan pemerataan
pendidikan,dan mahalnya biaya pendidikan. Berikut
ini pemaparan dari masalah-masalah tersebut:
1.
Rendahnya
Kualitas Sarana Fisik
Untuk sarana fisik
misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang gedungnya rusak,
kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan tidak
lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi
tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki
gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan
sebagainya. Apalagi di daerah-daerah terpencil dan daerah pedalaman yang tidak terjamah iptek.
2.
Rendahnya
Kualitas Guru
Keadaan guru di Indonesia saat ini juga amat memprihatinkan.
Kebanyakan guru belum memiliki profesionalisme yang memadai untuk menjalankan
tugasnya. Bukan itu saja, sebagian guru di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak
mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas berhubungan dengan tingkat pendidikan
guru itu sendiri. Dan bahkan kurang menyebarnya tenaga guru di Indonesia tak jarang melibatkan suatu sekolah tertentu di daerah perbatasan menggunakan tenaga TNI untuk membantu dalam mengajar para siswanya.
3.
Rendahnya
Prestasi Siswa
Dengan keadaan yang
demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan kesejahteraan guru)
pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan.
4.
Kurangnya
Pemerataan Kesempatan Pendidikan
Sementara itu layanan
pendidikan usia dini masih sangatterbatas. Kegagalan pembinaan dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.
Saat ini untuk
mendapatkan pendidikan di Indonesia sangatlah mahal. Hal ini sangat berpengaruh
terhadap rakyat kecil. Mereka terpaksa putus sekolah karna mahalnya biaya untuk
bersekolah. Hal ini juga yg menyebabkan berkurang nya mutu pendidikan di
indonesia.
Hal-hal diatas adalah inti pokok permasalahan yang
dialami Indonesia, khususnya dalam hal
kualitas pendidikan. Tapi, berbicara mengenai mutu pendidikan di Indonesia,
masalah yang dihadapi tidak hanya pada pemaparan diatas. Masalah tersebut
sangatlah kompleks dan tidak bisa dilepaskan antara satu poin masalah dengan
poin masalah lainnya. Misalnya saja pada sampel mutu pendidikan yang berupa
hasil belajar yang selama ini kita kenal dengan Hasil Ujian Nasional. Sekarang
ini hasil ujian nasional dijadikan sebagai salah satu alat ukur dan mepetaan
mutu pendidikan di Indonesia. Dari evakuasi hasil ujian nasional tersebut,
akhirnya pemerintah mengambil suatu kebijakan untuk meningkatkan mutu hasil
belajar peserta didik. Akhirnya, diambil kesimpulan bahwa hasil belajar yang
bermutu hanya bisa dicapai melalui proses belajar yang bermutu pula. Dan proses
belajar yang bermutu membutuhkan SDM serta biaya yang relative besar.
Pemerintah pun akhirnya mengambil langkah awal
mengeluarkan kebijakan sertifikasi guru, dengan dalil meningkatkan
kesejahteraan guru/pendidik. Setelah para guru/pendidik sejahtera diharapkan
mampu memacu semangat keprofesionalan mereka dalam mengajar dan mendidik para
peserta didik. Benarkah demikian? Yang terjadi selama ini justru menyimpang
dari harapan kita semua, banyak permasalahan yang muncul dalam implementasi
kebijakan sertifikasi guru. Yang ingin penulis soroti di sini yaitu terkait
kemerosotan hasil ujian nasional pada tahun 2010 seiring makin banyak guru yang
telah tersertifikasi. Di sini ternyata kita temukan fakta baru, bahwa
kebijakan/program sertifikasi guru tidak berdampak signifikan terhadap
peninngkatan mutu peningkatan mutu pendidikan khususnya dalam hal ini mutu
hasil belajar peserta didik.
Apalagi jika kita lihat masalah guru hororer di Indonesia. Mereka masih di hargai dengan harga yang tidak bijaksana. Padahal belum tentu kualitas mereka jauh lebih rendah dari guru yang tesertifikasi. Banyak dari guru hororer yang mendapat gaji kurang dari seratus ribu per bulan. Padahal semakin perkembangan jaman, harga dan kebutuhan hidup pun semakin tinggi. Maka, tak jarang kita lihat aksi demonstrasi di berbagai daerah untuk menuntut kelayakan gaji. Maka dari itu, pemerintah harusnya juga lebih memperhatikan para guru hororer dan lebih bijaksana dalam menyusunan perundang-undangan.
Dalam hal ini bukan berarti sertifikasi guru itu
tidak penting atau bahkan tidak perlu. Kita tetap harus memberkan apresiasi
positif atas upaya pemerintah tersebut. Hanya saja kebijakan sertifikasi yang
ada saat ini baru berdampak pada peningkatan kesejahteraan guru, walau banyak
menimbulkan kecemburuan sosial dari golongan PNS lainnya. Program tersebut saat
ini belum memberikan dampak pada
meningkatan mutu pedidikan secara umum. Ini tentu perlu menjadi perhatian dan
sebagai bahan evaluasi oleh pemerintah khususnya dalam peningkatan mutu
pendidikan di Indonesia. Dan pada akhirnya perlu kita sadari bersama bahwa
upaya peningkatan mutu/kuaitas pendidikan di negeri ini tidak akan pernah
berhasil tanpa dukungan dari seluruh komponen bangsa. Mari kita dukung segala
upaya yang positif demi kebaikan mutu/kualitas pendidikan kita.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar